Jumat, 30 Desember 2011

Keperjakaan vs Keperawanan

Simak temuan artikel saya di Kompasiana :


Mengapa Mempertahankan Keperjakaan Tidak Dibahas Seheboh Keperawanan?




“Diskriminatif! Masak, sih hanya keperawanan  seorang  wanita dipermasalahkan ? Keperjakaan pria bagaimana?” Tanya seorang kompasianer melihat pro dan kontra virginitas yang ada.
Benar juga,ya. Saat ini ada isu kesetaraan jender yang santer diangkat. Kalau perempuan dikehendaki menjaga kesuciannya sedemikian rupa, sampai ada yang dipingit, dilarang bergaul dengan cowok, diajari bela diri dan lain-lain, mengapa lelaki dibebaskan saja?
“Cowok-cowok SMA pun banyak yang ikut teman-temannya ke lokalisasi untuk melepas keperjakaan. Kalau masih perjaka dianggap tidak jantan. Dan belum dewasa.”Kata yang lain.
Bahkan pasienku yang aparat ada yang melepas keperjakaan karena disuruh komandannya. Kalau gak bisa ML sama wanita dianggap homo dan homo itu sangat pantang ada di asrama.
Jadi, mengapa terjadi ketidakadilan pandangan seperti ini?
Berbagai argumentasi silih berganti, hanya saja dari segi medis jawabannya cuma satu: WANITA BISA HAMIL KALAU BERHUBUNGAN SEX.
Kehamilan terjadi jika ovum dibuahi sperma dan secara alami itu terjadi kalau penis menyemprotkan sperma dalam jumlah 2-5 juta ekor di vagina wanita yang sedang masa subur.
Jika masa subur wanita rata-rata 3 hari dan siklus menstruasi rata-rata 28 hari  maka setiap persetubuhan normal tanpa manipulasi obat atau alat akan berpeluang hamil 3/28 atau kurang lebih 11%.
Dan remaja wanita yang tidak mengerti ini karena pendidikan sex yang kurang atau malah salah didik, tidak akan mengerti.Maka cara termudah mencegah kehamilan yang tak dikehendaki hanya itu: JAGA SELAPUT DARAMU!
Jadi, proses ini yang dianggap harusnya sakral dan penuh tanggung jawab, jika nanti terjadi kehamilan dan ada bayi yang tumbuh di rahim ibu, maka dia akan dikehendaki dengan suka cita dan bukan diratapi sebagai bencana.
Untuk menuju proses pembuahan itu ada sejenis pengawal di depan yang namanya selaput dara atau hymen, selaput ini dipertahankan sedemikian rupa dengan berbagai wejangan, tuntunan agama, adat istiadat untuk tetap utuh semata-mata hanya karena jangan sampai ada bayi yang gagal lahir karena dikuret, atau lahir tapi
kemudian dibuang di kotak sampah dan mati.
Lihat bayi yang lucu ini?
Mereka membahagiakan dan menggemaskan kalau terlahir dari proses yang direncanakan dan dinanti-nantikan. Kalau tidak dikehendaki dan kesannya kebablasan, maka bayi-bayi selucu apapun dianggap sampah yang harus dimusnahkan demi kesejahteraan mamanya.
Jadi persetubuhan memang yang berurusan adalah wanita dan pria, tetapi kehamilan ‘melulu’ urusan si wanita. Memutuskan melanjutkan, lalu si bayi mau diurus atau enggak itu urusan para ibu. Nah, kalau kehamilan itu hasil pernikahan maka si bapak mau tidak mau harus ikut berpartisipasi dengan berbagai level perhatiannya. Dari yang cuma nambahin uang belanja untuk si istri beli kebutuhan selama hamil sampai yang ikut-ikutan ngidam, hehehe.
Di sanalah inti dari pentingnya selaput dara. Menjaga supaya hanya yang berhak masuk ke wilayah sakral itu yang singgah.
Kecuali jika persetubuhan kodratnya berubah, sel telur bergerak memasuki penis, lalu masuk ke kantung sperma, lalu terjadi pembuahan dan somehow janin ini bergerak ke rongga perut lelaki dan somehow lagi rongga perut si lelaki ini dapat memelihara bayi sampai matang selama 9 bulan 10 hari.
Melahirkannya bagaimana? Ya, terpaksa operasi sesar lah. Lelaki tak punya jalan lahir secanggih wanita, gak kebayang kalau penis bisa melar sedemikian besar untuk dilalui bayi yang lahir normal.
Nah, selesai.
Jadi, debat kusir kesetaraan jender untuk minta disamakan pandangan tentang keperawanan dan keperjakaan harus diakhiri oleh kodrat ini. Wanita harus menjaga organ reproduksinya sedemikian rupa, supaya yang terlahir dari sana adalah bayi-bayi yang terencana dan terhormati selayaknya manusia lainnya.
Walaupun demikian, mempertahankan keperjakaan tetap harus diajarkan supaya para remaja tetap menghargai wanita dimanapun berada seperti dia menghargai ibunya.
Semoga bermanfaat!


sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2011/12/31/mengapa-mempertahankan-keperjakaan-tidak-dibahas-seheboh-keperawanan/

0 komentar:

Posting Komentar

Advertisment

Viewers

Blogger templates